Keluhan masyarakat terhadap kualitas air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Alahan Panjang, Kabupaten Solok, terus bergema. Selama satu bulan terakhir, air yang mengalir ke rumah-rumah warga dinilai tidak layak konsumsi, terlebih saat kebutuhan meningkat pada bulan Ramadan dan menjelang Lebaran Idulfitri 1446 H.

Seorang warga Alahan Panjang, Evi, mengungkapkan kekecewaannya terhadap kondisi air yang sangat buruk. “Bukan hanya keruh, tapi baunya juga sangat menyengat. Jangankan untuk diminum, dipakai mencuci pun tidak bisa,” ujar Evi kepada redaksi, Jumat (11/04/2025).

Keluhan ini tak hanya tersebar dari mulut ke mulut, namun juga ramai diperbincangkan di media sosial dan grup percakapan warga. Sebuah video kiriman warga memperlihatkan air yang tampak kotor dan tidak layak digunakan.

Menanggapi kondisi tersebut, anggota DPRD Kabupaten Solok dari Daerah Pemilihan 5, Hafni Hafiz, menyayangkan kinerja PDAM yang dinilai tidak responsif. Ia menyebut persoalan ini bukan pertama kali terjadi. “Tahun lalu kejadian serupa terjadi, dan kini terulang kembali. Seharusnya sudah ada langkah antisipasi,” ujarnya.

Dalam rapat penyusunan rancangan awal RPJMD yang digelar Jumat siang, Hafni juga menyuarakan kekhawatiran terhadap dampak kesehatan yang ditimbulkan. “Ini bisa berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Kami minta PDAM segera mengambil tindakan percepatan dan pembenahan,” tegas Ketua Fraksi Gerindra itu.

Lebih lanjut, ia menilai jika masalah ini terus berulang, maka ada indikasi kelalaian dalam pelaksanaan tugas. “Masyarakat sangat bergantung pada pasokan air bersih. Jangan sampai kelalaian ini menjadi beban bagi warga,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur Utama PDAM Kabupaten Solok, Febri Fauza, menjelaskan bahwa keruhnya air disebabkan oleh gangguan pada sumber air baku dari danau di kawasan atas. “Diduga terjadi fenomena alam yang mempengaruhi kejernihan dan aroma air,” jelasnya saat dihubungi via telepon.

Ia mengatakan bahwa pihaknya tengah melakukan langkah-langkah perbaikan secara bertahap. “Mulai Sabtu atau Minggu ini, kami mulai melakukan koneksi pipa dari sumber air Danau Kaciak untuk pelayanan di kawasan Gajah Mada,” katanya.

Terkait pembiayaan operasional, Febri menyampaikan bahwa ketertiban pembayaran pelanggan masih menjadi tantangan. “Rata-rata pelanggan yang membayar tagihan hanya sekitar 50 persen. Ini tentu memengaruhi kemampuan kami dalam perawatan,” terangnya.

Ke depan, ia berharap ada dukungan anggaran dari pemerintah daerah maupun pokok-pokok pikiran DPRD untuk membantu meningkatkan layanan air bersih di Kabupaten Solok. (rn/*/pzv)
 
Top